RELASIPUBLIK.OR.ID, JAKARTA || Instruksi mendadak Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, untuk menunda retreat kepala daerah di Magelang pada 21-28 Februari 2025 menimbulkan tanda tanya besar di tengah publik. Perintah ini datang setelah penahanan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan memicu spekulasi bahwa kepentingan partai kembali mengalahkan kepentingan rakyat.
Retreat tersebut seharusnya menjadi momen penting bagi kepala daerah PDIP untuk memperkuat visi kepemimpinan dan merumuskan kebijakan yang berdampak positif bagi masyarakat. Namun, penundaan mendadak ini justru menunjukkan bagaimana loyalitas kepada partai lebih diutamakan dibandingkan dengan tanggung jawab publik. Padahal, kepala daerah tersebut dipilih oleh rakyat dan memiliki amanah untuk menjalankan tugas pemerintahan secara optimal.
Keputusan ini memunculkan dugaan bahwa PDIP tengah memainkan strategi politik untuk merespons penahanan Hasto yang dianggap bermuatan politik. Apakah ini sekadar langkah defensif atau bentuk perlawanan terhadap pemerintah? Apapun alasannya, publik menjadi pihak yang paling dirugikan. Para kepala daerah yang seharusnya fokus melayani masyarakat justru terpaksa menunggu arahan lebih lanjut dari Ketua Umum partai.
Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro, menilai instruksi ini bisa dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap Presiden RI Prabowo Subianto, mengingat dinamika politik yang memanas antara PDIP dan pemerintah. Hal ini tentu memprihatinkan, karena politik balas dendam dan intrik kekuasaan kembali diperlihatkan di tengah kebutuhan rakyat akan pemimpin yang fokus pada kesejahteraan masyarakat.
Instruksi Megawati untuk menghentikan perjalanan kepala daerah menunjukkan bagaimana kepentingan partai mengalahkan kepentingan publik. Padahal, mereka memiliki tanggung jawab moral dan politik kepada konstituen yang memilih mereka, bukan semata kepada partai yang mengusungnya. Ini menunjukkan ironi bahwa partai yang dikenal sebagai “partainya wong cilik” justru lebih sibuk mengurus kepentingan politik dibanding memperjuangkan kebutuhan rakyat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa politik adalah panggung kepentingan. Namun, ketika loyalitas kepada partai lebih diutamakan daripada amanah sebagai pelayan masyarakat, maka yang dikorbankan adalah kepentingan publik. Semoga para elit politik dapat merenungkan kembali sikap dan keputusan mereka, serta lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan partainya. [*]
Eksplorasi konten lain dari Relasi Publik
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar