RELASIPUBLIK.OR.ID, DEMAK — Grebeg Besar, sebuah tradisi ritual dan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun di Kabupaten Demak, kini mengalami pergeseran paradigma. Dari yang semula menjadi momentum syiar Islam dan pelestarian nilai-nilai religius, Grebeg Besar kini kian dilihat sebagai ajang bisnis dan perebutan keuntungan.
Sejarah Grebeg Besar yang bermula pada masa Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Raden Fatah, memiliki nilai sakral tinggi. Rangkaian acara tradisional seperti ziarah ke makam sultan, selamatan Tumpeng Songo, kirab budaya, dan penjamasan pusaka menjadi bagian penting yang mengikat masyarakat dalam kebersamaan dan spiritualitas.
Namun, pada tahun 2025 ini, suasana Grebeg Besar berubah. Munculnya pasar malam yang digelar oleh Diana Ria Enterprise di kawasan Ruko BKM, berbarengan dan berdekatan waktu serta tempat dengan event Grebeg Besar resmi di kawasan Tembiring, menjadi sorotan. Pasar malam tersebut dianggap sebagai bentuk persaingan bisnis yang tidak sehat dan berpotensi memecah konsentrasi masyarakat.
Rohmat, seorang pegiat sosial dari Kecamatan Wonosalam, menilai munculnya pasar malam tandingan itu adalah bukti bahwa Grebeg Besar sudah mulai bergeser fungsi. “Padahal seharusnya Grebeg Besar itu menjadi identitas budaya dan religi masyarakat Demak. Tapi sekarang malah jadi arena persaingan bisnis yang bikin suasana tidak kondusif,” katanya.
Rohmat juga mengkritik keterlibatan aparat keamanan dalam mengeluarkan izin keramaian yang dianggap janggal. Ia menyoroti bahwa Kasat Intelkam Polres Demak bahkan mengaku tidak tahu lokasi pasar malam tersebut, yang menurut Rohmat sangat aneh mengingat fungsi intelijen harusnya waspada dan mengetahui secara detail segala aktivitas yang berpotensi mengganggu ketertiban.
“Kalau aparat tidak menjalankan fungsinya dengan baik, maka peluang terjadinya konspirasi bisnis di balik layar semakin besar. Ini yang harus diwaspadai,” ujarnya.
Situasi ini mengkhawatirkan karena bisa mengancam kelestarian tradisi dan kekompakan sosial masyarakat Demak. Beberapa pihak berharap pemerintah daerah dan instansi terkait dapat segera melakukan evaluasi dan pengawasan ketat terhadap penyelenggaraan Grebeg Besar, agar acara sakral ini kembali menjadi momentum religius yang membawa kedamaian dan kebersamaan.
“Budaya itu harus dijaga, bukan dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis semata. Grebeg Besar adalah warisan leluhur yang harus dipertahankan dengan penuh rasa hormat,” kata Rohmat menutup. [TIM]
Eksplorasi konten lain dari Relasi Publik
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
Komentar